Halfday Seminar tentang Prospek Bisnis dan Potensi Pendanan Teknologi Biogas
- Details
- Published: Friday, 29 November 2019 08:19
PTSEIK ikut serta dalam Seminar halfday tentang "Prospek Bisnis dan Potensi Pendanan Teknologi Biogas" pada Kamis, 21 November 2019 lalu, jam 8.00 - 13.00, yang berlangsung di Jakarta. Pada kesempatan tersebut, Deputi Kepala BPPT Bidang TIEM, Prof. Eniya L. Dewi menyampaikan sambutan dengan point-point sebagai berikut:
- BPPT konsen mendukung pemerintah dalam pengembangan energi terbarukan (PLTP, PV, SmartGrid, PV test lab., Biodiesel, Gasifikasi Biomasa, dan Biogas).
- Upaya BPPT dalam mendorong teknologi Biogas diwujudkan pada pembangunan PLTBg du Terantam dengan reaktor tipe Covered Lagoon, dan dilanjutkan dengan sistem CSTR di Sei Pagar dengan dana Ristekdikti.
- Peluang Biogas tidak hanya ke listrik. Tapi bisa untuk co-firing di boiler, upgrading jadi BioCH4 dan BioCNG sebagai pengganti BBG (CNG dan LPG) untuk kendaraan, industri, restoran dan blok perumahan, dan didistribusikan via jaringan gas maupun bottling.
- CH4 dari Biogas juga bisa untuk menggantikan (sebagian) gas alam untuk produksi hidrogen yg sangat diperlukan utk berbagai industri (a.l. pupuk, dan yang sedang trend adalah green fuels, serta utk fuel cells.
- Tantangan bersama jangka pendek ke depan memamfaatkan Biogas utk BioCH4/BioCNG baik jaringan gas maupun sistem distribusi bottling/tabung.
Sesi pertama Pak Dwi Husodo (Perekayasa Utama BPPT) dalam posisinya sebagai Chief Engineer kegiatan pilot project PLTBiogas, memaparkan pilot project BPPT bekerjasama dg PTPN V, yaitu PLTBiogas POME di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Terantam dengan covered lagoon dan di Sei Pagar dengan CSTR (untuk co-firing boiler). Limbah yang digunakan di PKS Terantam hanya setengahnya (dari sekitar 40 m3 per jam hanya digunakan sekitar 20 m3 per jam) untuk menghasilkan listrik dengan daya sekitar 700 kW. Skema kerjasama dan hasil penjualan listrik masih dalam pembahasan. Yang paling memungkinkan sejauh ini adalah KSO. Kemungkinan skema ini yang dipilih dimana BPPT menunjuk Pusyantek sebagai unit yang mengelola. Kegiatan selanjutnya kemungkinan akan didukung oleh PTPN V dengan BPPT lanjut mengembangkan teknologinya. BPPT bekerjasama dengan mitra dengan tujuan untuk pengembangan teknologi Indonesia. BPPT melakukan desain kemudian kerjasama dengan pihak kontraktor untuk EPC dengan dukungan BPPT. Fokus di Terantam adalah teknologi ekonomis sehingga covered lagoon yang dipilih akan tetapi ada kelemahannya. Oleh karena itu, perlu inovasi – inovasi yang dihasilkan bersama oleh BPPT dan pihak industri. Biogas Plant di Sei Pagar yang didanai Ristekdikti melalui jalur insinas didedikasikan untuk co-firing menggunakan tank reactor.
Gambar 1. Foto Pembicara dan Peserta Seminar
Paparan Prof Udin Hasanudin (UNILA) berkisar pada alternatif pemanfaatan biogas dan produk samping lainnya. Beberapa hal yang disampaikan yaitu, potensi POME bisa dimanfaatkan dan juga biomasa lain seperti tandan kosong juga berpotensi untuk diproses menjadi biogas. Kita harus upayakan agar teknologi untuk biogas ini bisa sepenuhnya dari dalam negeri. Berbagai pengembangan teknologi telah dilakukan, sebagai contoh teknologi upgrading water scrubber yang dikembangkan di ITB bersama BPPT. Selanjutnya, perlu pula dipikirkan effluent dari biogas plant. Effluent ini mengandung kalium dan mineral yang cukup tinggi. Land application diterapkan di beberapa tempat di Indonesia dengan hasil produktifitas sawit yang meningkat. Project bio CNG sudah ada di Kalimantan Timur, rencana di bottling, kemudian disalurkan ke perumahan karyawan untuk listrik menggunakan genset kecil. Di pabrik sawit, energi sudah berlebih sehingga kita mencarikan alternatif pemanfaatannya.
Gambar 2. Kegiatan Diskusi dalam Seminar
Pengalaman teknologi biogas di Jerman dipaparkan oleh M. Abdul Kholiq.Di Jerman terjadi peningkatan yang signifikan pada jumlah biogas plant dengan adanya insentif dan kebijakan-kebij
Gambar 3. PLTBiogas di PKS Terantam hasil kerjasama BPPT dan PTPN V
Presentasi oleh pak Dida Gardera Asdep Pelestarian LH di Kemenko Perekonomian tentang BPDLH untuk pendanaan proyek-proyek penerapan teknologi biogas. Beliau menjelaskan tentang modalitas pembiayaan perubahan iklim yaitu, APBN dan APBD; pinjaman / hibah luar negeri; dan masyarakat atau swasta. BPDLH salah satu quick win-nya adalah mendukung biorefinery. BPDLH dapat menjadi jembatan bagi pengembang proyek-proyek teknologi hijau dengan perbankan contohnya dengan mensubsidi bunga. Dana reboisasi untuk P3H ditransformasikan menjadi dana yang dikelola BPDLH yang diharapkan mulai per Januari 2020. Selain itu ada pula dana REDD+. Sudah ada kesepakatan nilai emisi yang sudah diturunkan dan sekarang sedang tahap verifikasi dari pihak ketiga (selain Norwegia dan Indonesia). Dana ini untuk diterapkan di sektor lahan. Ada juga kerjasama dengan OECD yang disebut Window Energy dalam bentuk kerjasama clean energy dengan pendanaan dari Denmark. Sudah dibicarakan juga dengan calon – calon donor lainnya. Eligible items untuk proyek yang bisa didanai perlu dapat masukan dari praktisi seperti para pemerhati biogas. Apakah lebih mendukung riset atau implementasi. Contoh proyek yang eligible:
- Efisiensi dan koservasi energi
- Teknologi Adaptasi Perubahan Iklim
- Implementasi EBT
- Waste to Energy/Pengolahan Limbah
- Konservasi Hutan
- Transportasi
BPDLH menjadi pengisi peran-peran yang kosong. Sebagai contoh jika ada yang keekonomiannya kurang (misal dari bunga yang tinggi), BPDLH bisa mensubsidi atau menjadi penjamin. Harga pengurangan emisi gas rumah kaca x dollar per ton (off the record karena belum fix). Dari pihak Indonesia komitmen akan menciptakan demand.
Presentasi oleh Pak Sakti Siregar (GGGI) tentang Prospek Bisnis Bio-CNG di Indonesia. Bio-CNG ekuivalensinya dengan CNG bahkan lebih tinggi calorific value-nya. Hanya ada kandungan H2S yang perlu dihilangkan jika akan disalurkan melalui pipa. Teknologi biogas upgrading di Malaysia menggunakan tube-tube kering yang memisahkan CO2 dan H2S. Potential value of Bio-CNG telah dihitung untuk listrik, CNG RT2, LPG non subsidi, CNG Rumah tangga 1, Diesel, LPG subsidi. Dan yang direkomendasika
Presentasi oleh pak Hari Yuwono dari Private Financing Advisory Network (PFAN) UNIDO. Pesan utama paparan kali ini adalah dana sudah tersedia dan menunggu usulan atau proposal bisnis yang berkualitas. Kalau peluang ini tidak kita ambil, maka akan diambil oleh negara-negara lain, seperti Vietnam, India, Bangladesh, dan sebagainya. Dalam kalimat pembuka, Pak Hari Yuwono menekankan pentingnya event kegiatan bersama BPPT, ABgI dan PFAN seperti sekarang ini, dan perlu dilakukan secara rutin agar output tercapai. PFAN ini dikelola oleh UNIDO dan REEEP Austria. Perlu sinergi semua pihak baik pemerintah, private sector maupun akademisi. Contohnya untuk mengatasi gap-gap yang ada. Dapat pula dilakukan crowdfund. PFAN masih harus terus meningkatkan jumlah dan skala proyeknya. Total yang sudah didanai mencakup proyek 77.5 GM, Rp. 773 billion. Proposal dapat diajukan setiap hari dengan evaluasi setiap 3 bulan. Tetapi jika ada proyek yang sangat baik, maka PFAN dapat memprioritaskan
Penulis: NSy, MAK
Editor: GWM